top of page

FACEBOOK

Silase dari Kebun: Cara Ngalang Tarang Merawat Ternak dan Lahan

ree

Di Flores, musim hujan adalah berkah bagi petani. Rumput dan tanaman hijauan tumbuh lebat, memberi makanan melimpah bagi ternak. Namun begitu musim kemarau tiba, keadaan berbalik. Rumput mengering, daun-daun gugur, dan ketersediaan pakan berkurang drastis. Petani pun sering kesulitan memberi makan sapi dan kambing mereka.


Dari pengalaman itu, muncul gagasan: bagaimana caranya agar pakan yang melimpah di musim penghujan bisa disimpan, sehingga tidak lagi ada kekurangan di musim paceklik? Jawabannya adalah silase, sebuah teknik pengawetan hijauan makanan ternak (HMT) yang kini mulai dipraktikkan petani Ngalang Tarang.


Pada 23 Agustus lalu, para petani berkumpul di kebun yang ditanami king grass, indigofera, dan lamtoro. Mereka belajar bersama bagaimana mengolah hijauan tersebut menjadi silase. Prosesnya sederhana namun penuh ketelitian: rumput dan daun dipotong kecil-kecil, dimasukkan ke dalam wadah kedap udara, lalu dibiarkan berfermentasi selama beberapa minggu.


ā€œKalau dibiarkan begitu saja, rumput bisa kering atau busuk. Tapi kalau dibuat silase, bisa disimpan berbulan-bulan dan tetap berkualitas. Ternak pun tidak kekurangan pakan di musim kemarau,ā€ ujar Fitri Handayani, pendamping kelompok Ngalang Tarang.


Sebulan kemudian, tepatnya 24 September, silase itu dibuka untuk pertama kali. Warna hijauan berubah menjadi hijau kekuningan dengan aroma segar seperti buah-buahan masak. Para petani pun langsung mencobanya dengan memberi makan sapi dan kambing mereka. Hasilnya menggembirakan: ternak lahap memakannya, tanda bahwa silase aman sekaligus bergizi.

Bagi Kelompok Ngalang Tarang, keberhasilan ini adalah langkah penting. Mereka membuktikan bahwa petani bisa mandiri dalam menyediakan pakan, tanpa harus tergantung pada musim atau membeli dari luar.


ree

Bagi para petani, silase bukan hanya soal memberi makan ternak. Lebih dari itu, ini adalah upaya menjaga keberlanjutan lahan. Dengan memanfaatkan setiap batang king grassĀ dan setiap daun lamtoro, mereka menutup siklus produksi di kebun: menanam, memanen, mengolah, lalu memberi kembali kepada ternak.

Langkah ini juga memperkuat semangat gotong royong. Petani belajar bersama, saling berbagi pengalaman, dan bekerja kolektif untuk menjaga ketahanan pangan ternak.


Inovasi kecil seperti ini menunjukkan bahwa solusi besar bisa lahir dari kebun. Bahwa merawat ternak tidak harus merusak alam, melainkan bisa sejalan dengan praktik menjaga lahan tetap produktif. Dan bahwa kemandirian petani dibangun dari hal-hal sederhana, seperti seikat rumput yang difermentasi dengan cermat.

Bagi Ngalang Tarang, silase adalah bukti nyata bahwa tanah, pohon, dan ternak adalah satu kesatuan yang mesti dijaga bersama.


Komentar


POSTINGAN TERBARU

PRODUK KAMI

MINYAK ATSIRI SEREH DAPUR

Membantu mengatasi dermatosis (masalah kulit) seperti eksem, mikosis, herpes (mulut dan kelamin) Melawan selulit (kelebihan lemak tubuh).

leaves Yayasan Puge Figo
Leave green Puge Figo
Rectangle white Puge Figo
Logo Yayasan Puge Figo Putih

DIBALIK POHON, MANUSIA

DAPATKAN NOTIFIKASI ARTIKEL
DAN BERITA KAMI

Terimakasih! Nantikan berita dan artikel Puge Figo

SOSIAL MEDIA 

  • Instagram
  • Facebook
  • Youtube
  • Whatsapp
ornamen dekoratif footer yayasan Puge Figo

© 2025, Divisi Komunikasi | Yayasan Puge Figo Made With Love šŸ’–

bottom of page