top of page
DSC00494-2.jpg
square yellow.png

PULIHKAN HUTAN
JAGA SUMBER
KEHIDUPAN

Leaf yellow.png

Hutan dan mata air di Flores terus menghadapi tekanan kebakaran musiman, lahan kritis, dan berkurangnya kesadaran menjaga lingkungan.
Jika dibiarkan, bukan hanya pohon yang hilang, tapi juga sumber kehidupan bagi manusia dan makhluk lainnya.

Bersama, kita bisa memulihkan.
Dengan donasimu, kita bisa menanam pohon, menjaga mata air tetap mengalir, dan mendorong kehidupan yang lebih selaras dengan alam.

Air untuk Semua: Menjaga Wae Ketu di Tengah Musim Kering

ree



Di Desa Nginamanu Selatan, Kecamatan Wolomeze, Kabupaten Ngada, ada sebuah sumber kehidupan yang diam-diam bekerja tanpa lelah: mata air Wae Ketu. Letaknya tak jauh dari jalan utama, hanya beberapa langkah dari gedung SMP dan SD. Debitnya mengalirkan air untuk siswa, guru, dan keluarga yang tinggal di sekitar sekolah.

 

Namun Wae Ketu bukan sekadar titik air di peta. Bagi warga desa, ia adalah denyut kehidupan yang sejak lama menopang hari-hari mereka. Emanuel Pai Kepala Desa Nginamanu Selatan bercerita, beberapa tahun lalu debit Wae Ketu sempat mengecil, membuat warga cemas. “Tahun-tahun kemarin airnya sedikit, tapi sekarang mulai naik lagi,” ujarnya dengan nada lega. Ia tak lupa mengucap terima kasih kepada Yayasan Puge Figo, yang sejak Maret lalu menanam anakan pohon di sekitar mata air untuk memperkuat daya serap tanah.

 

Sejarah Wae Ketu menyimpan kisah tentang kelimpahan. Bapak Ambrosius Meno, salah satu penggerak warga yang peduli pada mata air ini, mengingat tahun 1990-an ketika air Wae Ketu mengalir deras. “Dulu, airnya begitu besar, dialirkan dengan pipa bambu dari rumah ke rumah,” kenangnya. Tapi waktu mengubah banyak hal. Perubahan iklim dan perawatan yang kurang membuat debit air berkurang. “Sekarang gedung sekolah dibangun hanya mengandalkan air dari sini,” tambahnya.

 

Rabu, 13 Agustus lalu, warga desa bersama Kepala Desa, tim devisi reforestasi Yayasan Puge Figo, dan para relawan turun langsung memasang kawat duri mengelilingi Wae Ketu. Tujuannya sederhana: melindungi sumber air dari gangguan ternak dan ulah manusia. Pohon-pohon yang ditanam tiga tahun lalu banyak yang tak bertahan, sebagian diinjak hewan, sebagian rusak karena aktivitas manusia. Beberapa yang selamat kini menjadi penanda bahwa upaya kecil pun bisa memberi harapan.

 

“Kita pasang kawat ini untuk pijakan ke depan. Pemerintah, masyarakat, dan yayasan harus sama-sama menjaga mata air ini. Semua untuk masyarakat. Air untuk semua,” tegas Kepala Desa.

 

Musim kering mulai merayap di wilayah ini. Tanah retak, udara siang menusuk kulit, dan di banyak tempat di Indonesia, air kini bukan lagi hak yang datang cuma-Cuma melainkan komoditas yang harus dibeli. Di sini, Wae Ketu masih mengalirkan air bersih secara cuma-cuma. Kedekatannya justru menjadi pengingat, bahwa jarak yang dekat tidak menjamin rasa memiliki.


ree

Di tengah tantangan global perubahan iklim, Wae Ketu adalah gambaran sederhana tentang hubungan manusia dan alam: jika dijaga, ia memberi hidup; jika diabaikan, ia perlahan menghilang. Dan untuk warga Nginamanu Selatan, masa depan Wae Ketu adalah masa depan mereka sendiri.

 

 
 
 

Komentar


KATEGORI POS

POSTINGAN TERBARU

FACEBOOK POS

green.png
green.png
line white.png
YPG_Logotype_WHITE_CMJN_300_DPI.png

DIBALIK POHON, MANUSIA

DAPATKAN NOTIFIKASI ARTIKEL
DAN BERITA KAMI

Terimakasih! Nantikan berita dan artikel Puge Figo

SOSIAL MEDIA 

  • Instagram
  • Facebook
  • Youtube
  • Whatsapp
Artboard 1.png

© 2025, Divisi Komunikasi | Yayasan Puge Figo Made With Love 💖

bottom of page