top of page

Kegiatan Sore Bersama untuk Bumi, Riany Homestay, Mengeruda

Hari lingkungan hidup sedunia diperingati demi meningkatkan kesadaran masyarakat global akan pentingnya alam bagi kehidupan manusia. Dan hari lingkungan hidup yang ke-50 pada tahun ini, akhirnya menjadi momentum perubahan kesadaran bagi orang muda di kecamatan So’a dan Wolomeze, bahwa bumi kita hanya satu dan bumi sedang menangis.


Tidak ada kata terlambat untuk melakukan sesuatu untuk Bumi, lebih baik memulai hari ini daripada tidak sama sekali. Sehingga, untuk pertama kalinya, Puge Figo mengambil kesempatan untuk berdiskusi dengan perwakilan orang-orang muda di kecamatan So’a dan Wolomeze terkait malasah-masalah lingkungan yang ada di dua kecamatan ini dan mencari solusi-solusi lokal yang dapat dilakukan bersama.


Suasana santai di sore hari dengan kopi panas menjadi pilihan yang tepat untuk berdiskusi dan mendapatkan ide-ide menarik dari orang-orang muda. Kegiatan diskusi ini menjadi gebrakan kesadaran bahwa segala ketidakpedulian selama ini telah menjadi penyumbang kerusakan bumi yang saat ini juga tengah dirasakan oleh mereka sendiri.


Selama lebih dari 2 jam pada tanggal 5 Juni di Mengeruda dengan dihadiri oleh 11 orang muda dari beberapa desa di dua kecamatan tersebut, kami berdiskusi dengan tujuan menemukan solusi-solusi lokal untuk masalah lingkungan di desa-desa kami. Kegiatan ini dibuat seinteraktif mungkin berdasarkan observasi di lapangan dan pengalaman para peserta, sehingga kegiatan ini juga membahas hal-hal spesifik yang terjadi di desa mereka masing-masing.



Kami juga memberikan gambaran besar masalah lingkungan yang terjadi di Indonesia dan dunia untuk membuka wawasan peserta terlebih dahulu. Selain itu, hal ini dilakukan untuk membuat peserta merasa bahwa yang kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan saat ini perlu ditinjau kembali. Sore bersama ini ditutup dengan diskusi bersama terkait solusi lokal untuk dituangkan dalam ide kegiatan yang akan dilakukan bersama tahun ini, dan bagaimana ide-ide kegiatan ini bisa dikaitkan dengan program-program Puge Figo. Adapun kegiatan yang akan dilakukan bersama-sama yaitu, menanam pohon Mente di desa Piga 1, konservasi air di desa Masu A, Masu B, dan Libunio dan edukasi untuk sekolah-sekolah di desa Poma.


Richard Meo, salah seorang peserta yang mewakili desa Ngabheo, sangat senang mengikuti diskusi ini, mengatakan “saya merasa kegiatan ini sangat bermanfaat dan saya sadar bahwa mencintai lingkungan mulai sekarang adalah satu-satunya hal yang bisa kita wariskan kepada anak cucu kita.” Peserta lainnnya, Aris Leo dari desa Anamari, mengatakan bahwa “kegiatan kemarin menjadi bahan refleksi bagi saya pribadi dan teman-teman lain, Aris juga menambahkan, “orang muda memang sudah harus menyadari dan sekaligus mengedukasi masyarakat untuk tidak membakar hutan saat berburu adat, khususnya di kecamatan So’a.”


Ketua Yayasan Puge Figo, Emanuel Djomba, saat membuka kegiatan ini menyampaikan bahwa, “Puge Figo menjalin kemitraan dengan berbagai elemen masyarakat terkait persoalan lingkungan dan memberikan penyadaran bahwa kita semua yang membutuhkan Bumi, bukan Bumi yang butuh kita.” Beliau juga menyampaikan harapannya kepada generasi muda yang ikut dalam kegiatan ini, “anak muda harus selalu punya harapan dan melibatkan diri untuk segala upaya pelestarian alam.”


Puge Figo akan melakukan tindak lanjut dengan peserta untuk memastikan semua kegiatan yang direncakan dapat dijalankan dan mendorong peserta dapat mempengaruhi komunitas mereka masing-masing. Dan, kegiatan seperti ini akan terus dilakukaan untuk orang muda di desa lainnya.

bottom of page