top of page

Dukung Festival Ekologi Flores, Siswa Dua Sekolah Di Kurubhoko Jelajah Alam

Siswa dari dua sekolah dasar di kurubhoko menjelajah alam dalam suatu kegiatan bertajuk ‘Petualang Sahabat Bumi’ sebagai bentuk dukungan dalam menyukseskan Festival Ekologi Flores 2022.


Festival itu baru akan digelar 13 – 15 Oktober 2022, namun siswa dua sekolah ini sudah meramaikannya dengan gerakan petualang ke alam. Masing-masing, siswa SDK Tanawolo menggelar petualang sahabat bumi tanggal 17 September 2020, dan siswa SDI Kurubhoko melakukan petualang pada 24 September 2022 lalu.


Petualang sahabat bumi yang dipandu oleh Kepala Divisi Edukasi Ekologi Yayasan Puge Figo (YPF) Sovia Hanne itu, menyukakan anak-anak kedua sekolah tersebut. Pagi-pagi para siswa sudah bergegas menuruni lereng menuju sungai Tangiramba, di Wulabhara, desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze, Kabupaten Ngada.


Suara anak-anak sempat bising ketika melintas dengan kendaraan di jalan trans Bajawa – Riung di Wulabhara. Namun sejenak kemudian suara bocah-bocah itu sudah tenggelam di lereng menurun ke sungai berjalan kaki. Tempat itu persis di titik temu antara dua sungai (kuala/muara) Lokoko dan Sungai Mowa yang merupakan sub DAS Aesesa.


Riuh suara siswa memecah keheningan alam pagi itu menyatu dengan kicauan burung menyambut hari baru. Entah apa yang dibincang, namun para siswa larut dalam cerita seirama kaki-kaki kecil menapak jalan menuju sungai. Mereka berdendang ria dengan alam, burung, sungai, pohon, air dan hutan.


Alam ternyata membahagiakan para siswa dua sekolah pilot Yayasan Puge Figo (YPF) ini dalam kegiatan pra kegiatan Festival Ekologi Flores yang akan digelar 13 – 15 Oktober 2022. Kegiatan tersebut dikoordinir oleh Kepala Divisi Edukasi Ekologi Yayasan Puge Figo (YPF) Sovia Hanne.


Tak lama puluhan anak ‘Sahabat Bumi’ sudah merapat di dekatnya di dataran lumayan luas dan rindang setelah Sovia memberi isyarat. Dia memberi arahan kegiatan yang akan berlangsung sehari itu.



Dalam petualangan itu, para ‘Sahabat Bumi’ mancatat nama-nama pohon yang mereka kenal. Pohon apa saja yang dijumpai. Sampai tempat kumpul, siswa menyampaikan berapapun banyak jenis pohon yang dapat dicatat. Ada yang dapat mencatat 15 jenis pohon, namun ada juga yang mencatat sampai 30 jenis pohon.


Para pembimbing dan pendamping serta seorang narasumber (tokoh di kampung itu) membekali siswa dengan pengetahuan tambahan tentang manfaat pohon-pohon itu. Bagaimana orang-orang zaman dulu hidup selaras dengan alam dan saling membutuhkan, ketika dunia belum semodern sekarang ini. Semua manusia sangat tergantung pada alam.


Beberapa anak sempat bertanya kepada narasumber yang juga tokoh di kampung itu, Kosmas Pewa. Bagaimana zaman dahulu orang membuat api, sebab saat itu mungkin belum ada pemantik atau korek api seperti sekarang. “Dulu nenek moyang kita kalau buat api hanya dengan menggesek dua bilah bambu. Kalau sudah sangat panas akan mengeluarkan bunga api. Dalam Bahasa daerah kita: (zoze api),” Kosmas menerangkan.


Ditambahkan Kosmas, dulu juga kita tidak ada sisir, tetapi nenek moyang kita membuat sisir dari bambu, sambil menunjuk rumpun bambu di dekat situ. Namanya: (suru dan Sobi). Pohon damar – buahnya yang sudah tua – diolah dan diracik lalu dibakar agar dapat memberi cahaya (penerang).


Anak-anak juga bertanya pohon apa saja yang bagus ditanam di matari air, supaya mata air tidak kering. Dari kegiatan ini para siswa mengetahui pohon jenis pohon seperti: lokon, beringin, enau, waru, bambu dan gayam cocok ditanam di daerah mata air kerana berfungsi menyimpan air. Karena itu tidak boleh menebang pohon sembarangan dan tidak boleh mambakar hutan.


Pada kesempatan itu, anak-anak belajar tentang keanekaragaman hayati. Mereka bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah dan tantangan yang ada di setiap pos, antara lain: pos pertama: pesan berantai mengenai lingkungan; pos kedua: identifikasi makhluk hidup yang ada di sungai, menentukan air di botol mana yang layak diminum sesuai dengan PH indikator; pos ketiga: menebak bau rimpang; pos keempat: membedah pohon: yakni menentukan umur pohon, mengukur tinggi pohon, menggambar daun, mengukur panjang dan lebar daun, dan identifikasi bentuk daun.


Lewat tengah hari, anak-anak sahabat bumi diajak makan siang yang dimasak dalam ruas-ruas bambu – nasi bambu. Bambu memang memberi manfaat bagi manusia sangat banyak, di antaranya sebagai wadah untuk memasak.


Setelah jedah, anak-anak diajak untuk duduk hening dan mendengarkan suara-suara yang ada di sekitar, ada sebagian anak yang merasa sangat tenang dan bahagia. Ketika semua anak benar-benar hening mereka dapat mendengar alam bersuara, burung berkicau di sana-sini, air berdesir di sungai.


“Kita bisa merasakan ketenangan dan nyaman, terasa damai di hati karena dapat menghirup oksigen dengan leluasa. Bayangkan jika di daerah ini hanya ada satu pohon maka kita tidak akan merasa tenang dan nyaman, karena kita akan memperebutkan oksigen hanya sedikit itu,” kata Sovia dengan suara lembut menguatkan anak-anak siang itu.


Dalam kegiatan petualang itu, siswa mendapat penghargaan penyematan PIN ‘Petualangan Sahabat Bumi’ yang merupakan tanda bahwa anak-anak siap menjalani konsekuensi sebagai ‘Sahabat Bumi.’ Untuk mendapatkan PIN anak-anak harus mampu melewati sejumlah tantangan dan dapat menyelesaikan masalah baik sendiri-sendiri maupun dalam kelompok.



Makna PIN sahabat bumi adalah bukti pencapaian yang telah diraih siswa, dan tanda sebuah komitmen yang harus dilakukan para siswa.‘Sahabat Bumi’ adalah anak-anak yang mau terus belajar untuk melakukan sesuatu untuk Bumi. Anak-anak yang mau menyimpan kulit permen di sakunya sebelum menemukan tempat sampah, yang mau menanam dan menjaga pohon, yang mau menegur kalau ada teman atau keluarganya membakar hutan, yang mau menegur saudara maupun keluarganya untuk tidak membuang puntung rokok sembarangan dan menjadi duta ekologi di sekolah mereka untuk bumi yang lebih baik.


“Kita ingin agar anak menjadi agen perubahan dibidang kelestarian lingkungan. Makanya mereka bersahabat dengan alam – sahabat bumi. Bumi indah, warna-warni: bumi hijau, langit biru. Kalau bumi coklat bisa terjadi kebakaran. Kebakaran terjadi karena siapa? Karena manusia! Siapa yang harus mengubah, ya manusia. Siapa manusia, ya kita,” papar Sovia saat memandu kegiatan.


Alam, kata Sovia, harus menjadi tempat bermain dan belajar yang menyenangkan bagi anak-anak. Alam memberikan pembelajaran yang berharga yang mungkin tidak didapatkan di tempat lain. Belajar dari pohon yang memberi kebaikan seperti oksigen dan menyimpan air bagi kehidupan manusia. Oksigen diberikan pohon tanpa membeda-bedakan orang baik atau jahat, Memberikan manfaat kepada manusia sangat banyak, contoh: sangat banyak kebutuhan manusia yang diberikan oleh bambu.


Sementara Ketua Yayasan Puge Figo (YPF) Emanuel Djomba mengatakan kegiatan petualang ‘Sahabat Bumi’ merupakan wahana mendekatkan anak pada alam dan mengenal kebaikan alam, sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta kepada alam. Alam tidak pernah menyakiti siapapun, tetapi memberi kebaikan kepada siapapun.



Selain itu, kegiatan yang dilakukan oleh Divisi Edukasi Ekologi YPF, kata Emanuel merupakan salah satu program YPF yang khusus menyasar usia dini, untuk menanamkan nilai cinta alam sebagai ciptaan Tuhan selain manusia. Ini juga menjawab visi/misi YPF dalam upaya melestarikan alam dan lingkungan, sekaligus sebagai rangkaian kegiatan pra Festival Ekologi Flores 13 – 15 Oktober 2022.


Di tengah krisis ekologi global maupun lokal, kata Emanuel, isu ekologi adalah isu urgen yang harus menggerakan banyak gagasan dan banyak tangan untuk menyikapi. Bahwa hidup manusia di rumah bersama – Bumi – tidak sedang baik-baik saja.


Festival Ekologi Flores 13 – 15 Oktober 2022, kata Emanuel merupakan momentum untuk mengajak semua pihak melihat berbagai persoalan ekologi yang kian mencemaskan kehidupan. Mengajak menyikapi dengan aksi nyata agar hiduplah selaras alam. Karena itu festival ini lebih sebagai momen edukasi baik kepada public maupun kepada generasi muda agar mulai hidup selaras alam, sebagaimana tema yang diusung: ‘Peduli Alam Kita.’


Nilai edukasi dan upaya kampanye hidup selaras alam itu tertuang melalui berbagai kegiatan festival, antara lain: seminar agroforestry, workshop masa depan hutan dan air – meneropong DAS dan hulu DAS Aesesa, aksi penanaman pohon, permainan tradisional, pameran produk UMKM berbasis ekologi, pertunjukkan seni yang mengedepankan pesan-pesan ekologis, musik tradisional, dan pagelaran drama teatrikal. Ada juga berbagai perlombaan, antara lain: lomba melukis ekologi untuk tingkat SD, lomba ekperimen ekologi untuk tingkat SMP, dan lomba debat yang mengedepankan isu-isu aktual ekologi tingkat SMA/SMK. *

bottom of page