Yayasan Puge Figo menyelenggarakan kegiatan Cross-Sharing Cross-Learning (CSCL) bersama petani dan peternak di Nginamanu dan Waka Manga, Flores, NTT. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat solusi model agroforestry yang sesuai dengan situasi dan kondisi praktis berdasarkan sistem produksi para petani dan peternak.
Kegiatan diawali dengan pemaparan hasil Diagnosa Agraria, khususnya terkait peternakan, yang telah dilakukan oleh Marie Lecornu selama bergabung dengan Yayasan Puge Figo. Di Nginamanu dan Riung Barat, peternakan sapi, kerbau, hingga kuda menjadi aktivitas rutin masyarakat dengan cara ikat-pindah, gembala-jaga, dan sistem lepas. Peternakan menjadi kegiatan multi-fungsi yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan adat, sebagai tabungan, sumber pupuk organik, hingga pemanfaatan tenaga hewan ternak itu sendiri.
Melalui kegiatan ini, para peserta dipaparkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam Diagnosa Agraria seperti perkembangan spesies invasif, langka-nya pakan ternak di musim kemarau, hingga semakin terbatasnya lahan yang tersedia untuk beternak. Setelah para peserta mendapatkan pemaparan terkait kondisi dan masalah yang dihadapi, mereka diajak untuk mencari solusi.
Pertama, para peserta diperkenalkan dengan alternatif pakan ternak dan cara pengolahannya. Mulai dari alternatif pakan ternak dari sisa tanaman pertanian dan perkebunan seperti jerami, padi, batang tanaman, dan rumput. Kemudian alternatif pakan ternak jenis legum dengan kualitas nutrisi yang tinggi seperti turi, gamal, lamtoro, indigofera, kaliandra, dan lainnya. Hingga alternatif pakan ternak berupa rumput jenis kinggrass, rumput odot, dan cipelang.
Dalam sesi partisipatif, para peserta diajak untuk membuat alternatif prototipe model wanatani/agroforestri dengan spesies pakan ternak didalamnya. Solusi yang para peserta tawarkan harus sesuai dengan kebutuhan dan motivasi mereka, harus mempertimbangkan faktor iklim lokal dan tanah, ketersediaan air, hewan yang dipelihara, dan ketersediaan tenaga kerja.
Syarat dari model yang dibuat adalah tidak boleh monokultur, mempertimbangkan cadangan ketersediaan pakan ternak untuk musim kemarau, tidak menggunakan lagi sistem lepas ternak dan mengadaptasi cara beternak yang berkelanjutan, melakukan diversifikasi jenis pohon terutama pohon lokal, serta tidak menggunakan pupuk kimia.
Para peserta bekerja dalam kelompok. Mereka menggunakan gabus sterofoam sebagai alas/media pembuatan prototipe. Lilin plastisin berwarna digunakan sebagai penanada jenis-jenis spesies yang dipilih dalam model wanatani di masing-masing prototipe. Inilah hasil dari kegiatan CSCL pembuatan prototipe oleh 5 kelompok petani dan peternak dari Nginamanu dan Waka Manga, Flores, NTT:
1. Kelompok I Waka Manga
2. Kelompok II Waka Manga
3. Kelompok III Waka Manga
4. Kelompok IV Nginamanu
5. Kelompok V Nginamanu
Masing-masing kelompok kemudian mempresentasikan prototipe yang telah mereka buat untuk didiskusikan lebih lanjut dengan kelompok lainnya. Prototipe yang dibuat oleh para peserta ini menjadi salah satu landasan Yayasan Puge Figo dalam mengembangkan model wanatani berbasis pakan ternak. Selain itu, hasil Diagnosa Agraria yang telah dijalankan, evaluasi plot demonstrasi petani mitra Yayasan Puge Figo, dan berbagai daftar pustaka juga menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan model wanatani berbasis pakan ternak yang dilakukan oleh Yayasan Puge Figo.
Comments